RSS

Rabu, 31 Maret 2010

thalasemia

ini adalah laporan tutorial di semester-semester awal kuliah,,
klo mau dibuang mah sayang,,jd di post aja deh disini
cekidot,,sapa tau berguna buat tmn-tmn :)

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dunia sekarang sedang mengalami perkembangan teknologi secara besar-besaran. Hal ini dapat kita rasakan dalam berbagai bidang, salah satunya adalah bidang kedokteran. Sebagai contoh dari perkembangan teknologi kedokteran adalah ditemukannya ilmu biologi molekuler.Biologi molekuler merupakan salah satu cabang biologi yang merujuk kepada pengkajian mengenai kehidupan pada skala molekul. Ini termasuk penyelidikan tentang interaksi molekul dalam benda hidup dan kesannya, terutama tentang interaksi berbagai sistem dalam sel, termasuk interaksi DNA, RNA, dan sintesis protein, dan bagaimana interaksi tersebut diatur. Biologi molekuler memberikan kontribusi yang amat sangat nyata dalam bidang kedokteran. Dahulu, untuk mengetahui penyakit yang diderita harus dengan menemukan organisme penyebab penyakit tersebut didalam tubuh. Dan jika tidak ditemukan pasien dinyatakan negatif dan tidak diberikan tindakan apapun. Padahal kenyataanya tidak semua penyakit organisme penyebabnya dapat ditemukan dengan mudah. Namun dengan adanya biologi molekuler dokter dapat memeriksa penyebab sampai dengan pada DNA pasien.

Sehingga nyata benar ilmu tersebut sangat bermanfaat. Biologi molekuler juga dapat mendeteksi penyakit-penyakit yang bersifat genetis. Dalam skenario kali ini membahas tentang penyakit thalassemia. Thalassemia adalah penyakit herediter yang disebabkan oleh adanya kekurangan rantai globin pembentuk hemoglobin (Hb), baik rantai globin α (Thalassemia α) maupun rantai globin β (Thalasemia β). Thalassemia termasuk penyakit akibat gangguan gen tunggal (single gene disorders) dengan pola pewarisan yang menuruti hukum-hukum Mendel. Gangguan yang berupa kekurangan rantai globin tersebut menimbulkan serangkaian gejala klinis dan laboratorik, yang dapat ditemukan melalui pemeriksaan fisik dan laboratorik. Namun pada penderita-penderita tertentu gejala klinis maupun fisik sangat minim atau bahkan tidak ada. Keadaan seperti ini umumnya didapat pada penderita heterozygot atau yang bersifat minor. Dalam keadaan ini diagnosa hanya dapat ditegakkan melalui analisis DNA. Inilah yang dimaksud dengan diagnosis molekuler. Dahulu bayi yang lahir dengan kelainan darah, meninggal pada usia kurang dari setahun. Namun sekarang ini sebagian bisa besar selamat dengan diagnosis dan penatalaksanaan lebih lanjut.

B. RUMUSAN MASALAH
Pembahasan laporan ini adalah berdasarkan skenario berikut ini:
Seorang anak perempuan (2 tahun), diantar ibunya ke UGD dengan keluhan pucat(sejak ±7 bulan yang lalu). Penderita adalah anak kedua dari dua bersaudara. Pernah diperiksa ke RS dua kali. Pada pemeriksaan fisik anak tampak lemah, anemis, perut agak membuncit, kurang aktif. Didapatkan hepatomegali dan splenomegali. Kakak penderita menderita thalassemia, sementara kedua orang tua tampak normal.
Berdasarkan skenario di atas, dapat diketahui permasalahannya adalah sebagai berikut :
1. Apakah diagnosa penyakit yang dapat ditegakkan untuk anak tersebut?
2. Bagaiman patofisiologi, patologi, dan patogenesis penyakit tersebut?
3. Bagaimana pentatalaksanaan penyakit tersebut?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui diagnosa penyakit dari gejala-gejala yang ada, sehingga mampu menentukan langgkah yang tepat selanjutnya.
2. Untuk mengetahui patofisiologi dan patogenesis penyakit dalam tubuh.
3. Mengetahui lebih dalam mengenai hemoglobin dan thalassemia
4. Untuk mengetahui macam-macam penggolongan penyakit tersebut
5. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari penyakit tersebut.
6. Untuk mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan jika ada kasus tersebut.

D. MANFAAT PENULISAN
1. Dapat mengidentifikasi dan menerapakan prinsip-prinsip ilmu dasar yang relevan untuk memahami asal, patofisiologi, dan patogenesis masalah kesehatan.
2. Menjelaskan arti ungkapan dan kepentingan masalah kesehatan dalam istilah biomolekuler, seluler, dan fisiologi.
3. Mengidentifikasi peran faktor-faktor non-biologis yang berpengaruh terhadap masalah kesehatan.
4. Membangun strategi untuk memutuskan secara efektif, asal, patogenesis, ancaman spesifik penyakit beserta konsekuensinya dan menjelaskan alasan yang mendasarinya.
5. Menetapkan tujuan terapi dalam tingkatan molekuler dan fisiologi.
6. Memahami dan mengerti penyakit thalassemia lebih lanjut.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. HEMOGLOBIN MANUSIA
Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. (www.wikipedia.com)
Hemoglobin dapat dikelompokkan sebagai berikut:
o Pada manusia dewasa
- Hb Mayor : Hb A (2 rantai α dan 2 rantai β)
- Hb Minor : Hb A2(2 rantai α dan 2 rantai δ)
o Pada bayi dan janin
- Hb F (2 rantai α dan 2 rantai γ)
Ada 2 macam rantai γ yang berbeda pada asam amino no.136 yaitu:
a. Glisin ( G γ )
b. Alanin ( A γ )
- Hb Embrional : 1. Hb Gowers 1 (2 rantai ζdan 2 rantai ε)
2. Hb Gowers 2 (2 rantai α dan 2 rantai ε)
3. Hb Portland (2 rantai ζ dan 2 rantai γ)
Kadar Hb normal pada dalam tubuh manusia
a. Laki-laki : 13,6-17 g/dl
b. Perempuan : 12-15 g/dl
c. Anak-anak : 11-16 g/dl
d. Wanita hamil : 11-12 g/dl

Skema pembentukan Hb
Suksinil Co-A + glisin → molekul pirol → 4 molekul pirol → protoporfirin IX+Fe → Heme → Heme + rantai polipeptida (globin) → hemeglobi



B. GEN-GEN PENENTU RANTAI GLOBIN


1. kelompok α (Alpha Like)
 terdiri dari rantai alfa dan rantai zeta
 berada di kromosom 16
 susunan urutan gen : 5’-ζ-ψζ-ψ1-2-1-3’
2. kelompok β (Beta Like)
 terdiri dari rantai beta, gamma, delta dan epsilon.
 Berada di kromosom 11
 Susunan urutan gen : 5’-ε-Gγ-Aγ-ψβ-δ-β-3’

C. THALASSEMIA
Thalassemia termasuk penyakit akibat gen tunggal ( single gene disorders ) dengan pola pewarisan yang mengikuti hukum Mendel. Walaupun kelainan genetik penyebab thalassemia sangat beragam, namun hanya ada dua mekanisme saja yang dapat menimbulkannya :
1. Mutasi
2. Persilangan yang tidak berimbang ( unequal crossover )
Penyakit thalassemia disebabkan oleh adanya kelainan/perubahan/mutasi pada gen globin alpha atau gen globin beta sehingga produksi rantai globin tersebut berkurang atau tidak ada. Akibatnya produksi Hb berkurang dan sel darah merah mudah sekali rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Bila kelainan pada gen globin alpha maka penyakitnya disebut thalassemia alpha, sedangkan kelainan pada gen globin beta akan menyebabkan penyakit thalassemia beta.
Penyakit thalassemia dapat diturunkan dari dari orang tuanya melalui kromosom tubuh (autosom).
Jika kedua orang tua sudah membawa gen thalassemia, maka kemungkinan anak pada tiap kelahiran adalah 25% normal, 50% membawa sifat thalassemia, dan 25% menderita thalassemia mayor


Sumber : www.thalassemia.com
Secara molekuler thalassemia dibedakan atas :
• Thalassemia α (gangguan pembentukan rantai α)
• Thalassemia β (gangguan pembentukan rantai β)
• Thalassemia β-δ (gangguan pembentukan rantai β dan δ yang letak gen nya diduga berdekatan.
• Thalassemia δ (gangguan pembentukan rantai δ)
 Thalassemia α
Karena tiap individu mengandung sepasang autosom maka individu normal mengandung 4 gen α yang menghasilakn protein dalam jumlah yang sama. Thalassemia α dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Thalassemia α tipe delesi
Ditandai dengan kerusakan/kehilangn gen α. Delesi gen dapat terjadi karena persilangan yang tidak seimbang yang dapat menghilangkan satu atau bahkan dua gen α bahkan lebih.
Jumlah gen yang rusak Nomenklatur/nama penyakit Berat/ringannya penyakit
1 gen α Trait thalassemia α tipe 2 Tidak ada gejaa (silent)
2 gen α Trait thalassemia α tipe 1 Ringan
3 gen α Penyakit HbH Nyata
4 gen α Hidropsfetalis Berat

2. Thalassemia α tipe nondelesi
Pada jenis ini tidak dijumpai delesi gen α namun terjadi mutasi pada gen tersebut yang menyebabkan gangguan pada rantai globin α.
 Thalassemia β
Thalassemia β timbul karena adanya kekurangan rantai globin β. Kekurangan rantai β menyebabkan anemia karena jumlah HbA yang rendah. Sebagai usaha kompensasi maka terbentuklah HbF dan HbA2, sehingga ciri khas dari Thal β adalah kenaikan HbF atau HbA2. Rantai α yang berlebih berbeda dengan rantai β dan δ tidak dapat membentuk tetramer (α4), dan menegendap membentuk butir-butir Heinz. Pengendapan rantai tsb juga dapat merusak membran dan menimbulkan bentuk eritrosit yang tidak normal yang menyebabkan eritrosit mudah rusak dan memperberat anemia
Klasifikasi klinis Thalassemia β
Klasifikasi klinis Gejala klinis
Thal Minor Penderita memiliki satu gen normal dan satu gen yang bermutasi. Penderita mungkin mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel darah merah yang mengecil (mikrositer).
Thal Intermedia Kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa memproduksi sedikit rantai beta globin. Penderita biasanya mengalami anemia yang derajatnya tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.
Thal Mayor Kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi rantai beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat.

D. DIAGNOSIS MOLEKULER THALASSEMIA
a. PCR (Poilymerase Chaain Reaction )
b. DNA Sequencing
c. Southern Blotting
d. Denaturating Gradient Gel Electrophoresis (DGGE)
e. Dot blotting


G. PENATALAKSANAAN KLINIS
1. Transfusi darah rutin + chelation therapy (dengan desferal)
2. pemberian co-enzim Q-10 (Untuk menurunkan radikal bebas)
3. pemberian vitamin C 200 mg/hari (untuk sekresi Fe)
4. pemberian asam folat 2-5 mg/hari (untuk produksi eritrosit baru)
5. pemberian vitamin E 200-400 mg/hari (untuk memperpanjang umur eritrosit)
6. splenektomi (jika perut penderita sangat besar)
7. transplantasi sum-sum tulang

H. PENCEGAHAN
1. melakukan coseling-family sebelum menikah
2. melakukan prenatal-screening

BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah disajikan, maka dapat didiagnosis bahwa anak tersebut terkena penyakit Thalassemia yang bersifat herediter resesif. Namun berdasarkan skenario yang disajikan hanya dapat disimpulkan sang anak menderita Thal-Mayor karena gejalanya tampak. Sedangkan penentuan jenis  atau  belum dapat ditentukan karena ketidakadaanya hasil lab yang disajikan. Sehingga kita tidak dapat mengetahui kadar apa yang kekurangan atau kelebihan dalam tubuh anak tersebut.
Sesuai gejala yang ditujukkan oleh penderita yaitu pucat (tapi baru tampak ±7bulan yang lalu), lemah, anemis, hepatomegali, dan splenomegali.
Warna merah dari darah manusia disebabkan oleh hemoglobin yang terdapat di dalam darah merah. Hemoglobin terdiri atas zat besi dan protein yang dibentuk oleh rantai globin alfa dan rantai globin beta. Pada penderita thalassemia beta, produksi rantai globin beta tidak ada atau berkurang. Sehingga hemoglobin yang dibentuk berkurang. Selain itu berkurangnya produksi rantai globin beta mengakibatkan rantai globin alfa relatif berlebihan dan akan saling mengikat membentuk suatu benda yang menyebabkan sel darah merah mudah rusak. Berkurangnya produksi hemoglobin dan mudah rusaknya sel darah merah mengakibatkan penderita menjadi pucat atau anemia atau kadar Hbnya rendah.
Gejala lainnya yaitu splenomegali dan hepatogami. Limpa berfungsi membersihkan sel darah yang sudah rusak dan membentuk sel darah pada masa janin. Sedangkan hepar berfungsi sebagai tempat merombak sel darah merah yang sudah tua. Pada penderita thalassemia, sel darah merah yang rusak sangat berlebihan sehingga kerja limpa dan hati sangat berat. Akibatnya limpa dan hati menjadi membengkak. Selain itu tugas limpa dan hati lebih diperberat untuk memproduksi sel darah merah lebih banyak.
Jika thalassemia sudah parah bisa sampai mengakibatkan perubahan bentuk tulang muka. Sumsum tulang pipih adalah tempat memproduksi sel darah. Tulang muka adalah salah satu tulang pipih, Pada thalassemia karena tubuh selalu kekurangan darah, maka pabrik sel darah daiam hal ini sumsum tulang pipih akan berusaha memproduksi sel darah merah sebanyak-banyaknya. Karena pekerjaannya yang meningkat maka sumsum tulang ini akan membesar, pada tulang muka pembesaran ini dapat dilihat dengan jelas dengan adanya penonjolan dahi, jarak antara kedua mata menjadi jauh, tulang pipi menonjol.
Sampai saat ini belum ada obat yang menyembuhkan penyakit thalassemia secara total. Pengobatan yang paling optimal adalah transfusi darah seumur hidup dan mempertahankan kadar Hb selalu sama atau di atas 12 g/dl dan mengatasi akibat samping transfusi darah. Namun efek samping transfusi darah adalah kelebihan zat besi dan terkena penyakit yang ditularkan melalui darah yang ditransfusikan. Setiap 250 ml darah yang ditransfusikan selalu membawa kira-kira 250 mg zat besi. Sedangkan kebutuhan normal manusia akan zat besi hanya 1-2 mg perhari. Pada penderita yang sudah sering mendapatkan transfusi kelebihan zat besi ini akan ditumpuk di jaringan-jaringan tubuh seperti hati, jantung, paru, otak, kulit dll. Penumpukan zat besi ini akan mengganggu fungsi organ tubuh tersebut dan bahkan dapat menyebabkan kematian akibat kegagalan fungsi jantung atau hati. Pemberian obat kelasi besi atau pengikat zat besi (nama dagangnya Desferal) secara teratur dan terus menerus akan mengatasi masalah kelebihan zat besi. Obat kelasi besi (Desferal) yang saat ini tersedia di pasaran diberikan melalui jarum kecil ke bawah kulit (subkutan) dan obatnya dipompakan secara perlahan-lahan oleh alat yang disebut "syringe driver". Pemakaian alat ini diperlukan karena kerja obat ini hanya efektif bila diberikan secara perlahan-lahan selama kurang lebih 10 jam per hari. Idealnya obat ini diberikan lima hari dalam seminggu seumur hidup.


BAB 1V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Thalassemia adalah penyakit keturunan dengan gejala utama pucat, perut tampak membesar karena pembengkakan limpa dan hati.Thalassemia ditandai oleh penurunan produksi satu atau lebih rantai globin. Namun semua rantai menunjukkan rantai yang normal. Hal inilah yang membedakan thalassemia dengan hemoglobinopati.
2. Thalassemia secara garis besar dibagi 2, yaitu: Thalassemia α dan Thalassemia β
3. Pada tahap awal penderita ini dapat ditolong dengan transfusi darah seumur hidup dan menjaga kadar Hb agar tetap normal.
Saran
1. Karena Thalassemia adalah penyakit genetik bawaan, hendaknya sebelum menikah, calon suami-istri memeriksa DNA nya apakah membawa sifat Thalassemia atu tidak.
2. Jika penderita sudah didiagnosis terkena thalasemia, maka hal yang harus diperhatikan adalah menjaga kadar Hb dalam darah dengan mempertimbangkan keeimbangan zat-zat lainnya juga.




BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W.A. Newman(2002).Dorland illustrated medical dictionary.26th Ed.Jakarta: EGC.
Muray, Robert dkk.2003.Biokimia Harper 25th edition.Jakarta: EGC.
Permono, Bambang,dkk.2005.Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak.Jakarta: Badan Penerbit IDAI
Stryer, Lubert.2002.Biokimia 4th edition.Jakarta: EGC.
Biologi molekuler. www.wikipedia.com
Hemoglobin. www.wikipedia.com
Thalassemia. http://www.geocities.com/hamba66/HPA/talasemia/
Thalassemia. www.wikipedia.com
Thalassemia. www.bmj.com
Thalassemia. www.emidicine.com
Thalassemia. www.talasemia.com
Penyakit genetik. www.mayoclinic.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar